Get Gifs at CodemySpace.com

KAITAN NILAI PENDERITAAN DAN KEGELISAHAN DENGAN PERGAULAN BEBAS

Jumat, 01 Juli 2011


          Pergaulan bebas dapat mengakibatkan penderitaan bagi pelakunya. Pelakunya dapat mengalami penderitaan baik fisik maupun moril. Contoh penderitaan fisik yang dialami yaitu terkena penyakit kelamin ataupun penyakit kulit yang disebabkan pola hidup pada pergaulan bebas, cara penularannya karena  pelaku sering berganti-ganti pasangan dalam hubugan badan tanpa mengetahui keadaan pasangannya sehingga saling menularkan virus yang membahayakan. Selain itu , mereka yang melakukan perbuatan itu juga akan mengalami penderitaan moril jika masyarakat dan keluarga mengetahui. Mereka akan mengalami guncangan psikologis.
Perilaku pergaulan bebas jelas erat kaitannya dengan kegelisahan bagi masyarakat dan bagi pelaku pergaulan bebas itu sendiri. Masyarakat tentu dicemaskan dengan semakin terjadinya dekadensi moral generasi muda yang semakin  marak.  Jika  bagi  pelaku  pergaulan  bebas  itu sendiri, kecemasan memang tidak langsung dirasakan, namun ketika akibat buruk dari perilakunya terangkat kepermukaan seperti hamil diluar nikah maka mereka akan merasa sangat cemas.

KAITAN NILAI KEJUJURAN DENGAN PERGAULAN BEBAS



            Perilaku pergaulan bebas tidak memandang nilai kejujuran dan tanggung jawab. Orang yang terlibat dalam pergaulan bebas cenderung tidak jujur baik kepada diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Mereka menutup-nutupi perbuatan itu. Mereka juga tidak memiliki nilai tanggung jawab kepada diri sendiri. Keluarga memberi kebebasan yang seharusnya dimanfaatkan bukan untuk disalahgunakan. Para pelaku pergaulan bebas ini tidak memiliki tanggung jawab terhadap kebebasan yang telah diberikan kepadanya

KAITAN NILAI SPIRITUAL DENGAN PERGAULAN BEBAS


          Nilai spiritual ialah nilai-nilai luhur yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Nilai ini mengajarkan manusia untuk melakukan tindakan yang beretika dan bermoral. Pergaulan bebas cenderung kepada perbuatan yang tidak bermoral. Ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai spiritual yang ada yaitu nilai yang menyangkut hubungan vertikal manusia dengan yang di atas. Secara tidak langsung, pergaulan bebas menjauhkan kita dengan Tuhan dan agama sebagai sumber nilai spiritual. Pergaulan bebas merusak nilai-nilai spiritual yang ada pada manusia. 

KAITAN AGAMA, TRADISI, DAN BUDAYA DENGAN KASUS PERGAULAN BEBAS



          Faktor sulit mengendalikan dorongan seksual menduduki peringkat
tertinggi, yakni 63,68%. Selanjutnya, faktor kurang taat menjalankan agama (55,79%). Artinya, agama dapat dijadikan pondasi yang kuat untuk menghindari terjadinya seks bebas. Seks bebas bertentangan dengan ajaran agama karena tidak ada satupun agama yang menganjurkan seks bebas untuk dijadikan tradisi dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, hal tersebut bertentangan dengan akar kebudayaan Indonesia yang menjunjung tinggi nilai dan norma-norma hidup bermasyarakat. Seks bebas telah melanggar nilai dan norma khususnya norma agama dan kesusilaan. Adapun fungsi seks yang dijelaskan dalam agama adalah
1.    Pembeda Jenis

KAITAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU, SOSIAL, DAN BUDAYA DENGAN KASUS PERGAULAN BEBAS



          Perkembangan kebudayaan manusia dipengaruhi oleh manusia itu sendiri, yaitu dari akal dan pikirannya. Hal itu mempengaruhi pergaulan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya, pergaulan bebas dianggap sebagai hal yang tabu. Akan tetapi, sekarang telah menjadi suatu hal yang biasa. Contohnya kasus seks bebas yang banyak terjadi di kampus menunjukkan meluasnya pergaulan bebas yang melibatkan para mahasiswa.
          Pergaulan bebas yang terjadi banyak diakibatkan oleh pengaruh lingkungan sekitar. Oleh karena itu, seorang individu harus mampu mengontrol dirinya sendiri sehingga tidak terpengaruh dengan pergaulan bebas. Selain itu, individu harus mampu memilih mana yang baik dan yang buruk. Sebagai makhluk sosial, manusia harus bisa menempatkan dirinya pada kehidupan lingkungan masyarakat sehingga dapat membedakan lingkungan yang baik dan yang buruk bagi dirinya. Manusia, khususnya mahasiswa yang merupakan generasi muda diharapkan mampu menghasilkan karya-karya yang baik untuk bangsa ini yang bersumber dari hasil pemikirannya. Namun, kenyataannya pergaulan bebas yang dilakukan oleh mahasiswa secara tidak langsung telah merusak budaya sehingga sulit untuk membentuk kebudayaan yang baik. 

KAITAN AKHLAK DAN BUDI PEKERTI DENGAN KASUS PERGAULAN BEBAS



          Akhlak dan budi pekerti tidak tercermin dalam pergaulan bebas yang sudah menjadi gaya hidup di kampus. Para remaja, khususnya mahasiswa telah dipengaruhi oleh gaya kebarat–baratan yang cenderung liberal dan menganggap bahwa kebebasan diatas segalanya. Paham ini semakin berakar dalam mental para remaja dengan datangnya era globalisasi. Kondisi psikologis remaja yang labil membuat mereka cenderung untuk mencoba melakukan hal–hal baru yang menyebabkan banyak kasus hamil di luar nikah yang berujung pada aborsi. Ironisnya, masalah itu tidak dipandang serius sehingga dikhawatirkan akan menjadi masalah yang tidak dapat diatasi. Dalam kasus tersebut, peran orang tua sangat berpengaruh selain peran diri sendiri dari pelaku pergaulan bebas. Orang  tua memiliki peran utama dan bertanggung jawab atas pembentukan akhlak dan budi pekerti anaknya.

NILAI PENDERITAAN DAN KEGELISAHAN



          Penderitaan artinya menahan, menanggung/merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan, dan merupakan pengalaman pahit yang tidak didambakan oleh setiap manusia. Penderitaan fisik dapat terjadi akibat adanya penderitaan psikis. Begitu juga sebaliknya, dimana kedua hal ini saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Kegelisahan adalah suatu rasa tidak tenteram, tidak tenang, tidak sabar, rasa khawatir/ cemas pada manusia. Ada tiga macam kecemasan, yaitu :
1. Kecemasan objektif (kenyataan), bersumber dari kekuatan di luar diri manusia.
2.  Kecemasan neurotik (syaraf), datang dari pengamatan tentang bahaya naluriah.
3.  Kecemasan moral, muncul dari emosi sendiri yang merupakan perasaan bersalah atau malu dalam ego yang ditimbulkan dari suatu pengamatan bahaya dari hati nurani. (Hasyim, 2007)

NILAI KEJUJURAN DAN TANGGUNG JAWAB



1.  Nilai Kejujuran
          Pengertian kejujuran yang akar katanya jujur, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti lurus hati; tidak berbohong; tidak curang; tulus; ikhlas sehingga kejujuran diartikan sebagai sifat (keadaan) jujur; ketulusan hati atau kelurusan hati. (Pusat Bahasa Diknas, 201 : 479)
          Kejujuran adalah nilai kebaikan sebagai sifat positif yang akan diterima oleh semua orang dimanapun dan kapanpun ia berada. Jadi, nilai kejujuran adalah nilai kebaikan yang bersifat universal. Jika kita telaah lebih jauh sebuah nilai kejujuran, maka dari nilai positif ini dapat kita lihat berdasarkan beberapa bentuk, yaitu :
a.    Kejujuran terhadap diri sendiri adalah sikap lurus ketika dihadapkan pada beberapa pilihan sikap “yang baik” atau “yang buruk” yang orang lain tidak mengetahuinya.
b.    Kejujuran terhadap orang lain adalah sikap lurus ketika berinteraksi dengan orang lain tanpa mengubah sedikitpun suatu keadaan yang telah ada.

NILAI SPIRITUAL



          Nilai spiritual memiliki kaitan dengan suatu hal yang dianggap mempunyai kekuatan sakral, suci, dan agung. Untuk memenuhi kebutuhan rohaninya, manusia melaksanakan nilai spiritual dalam kehidupannya. Oleh karena itu, nilai spiritual termasuk nilai kerohanian, yang terletak dalam hati batiniah (bukan hati dalam arti fisik) yang mengatur psikis.
          Nilai spiritual berhubungan dengan sesuatu yang dianggap mempunyai kekuatan sakral, suci, dan agung karena nilai ini termasuk ke dalam nilai yang terletak dalam hati setiap manusia.
          Apabila dilihat dari tinggi rendahnya nilai-nilai yang ada, nilai spiritual merupakan nilai tertinggi dan bersifat mutlak karena bersumber pada Tuhan yang Maha Esa. Sebagian besar manusia akan selalu memiliki pandangan tentang sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan yang melebihi manusia, yaitu Tuhan. Begitu kuatnya keyakinan manusia terhadap nilai spiritual membuatnya menjadi sebuah kendali dalam memilih kehidupan “yang baik” atau “yang buruk”. (Hasyim, 2007)

AGAMA, TRADISI, DAN BUDAYA



1.  Definisi Agama
          Agama adalah seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lainnya, dan manusia dengan lingkungannya. Agama dapat diartikan juga sebagai suatu sistem kehidupan yang dianut dan tindakannya diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasikan dan memberi respon terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai sakral dan suci. Agama menjadi pendorong dan penggerak serta pengontrol bagi semua tindakan penganutnya. Agama sebagai ajaran dari Tuhan merupakan sistem kehidupan yang berisikan ajaran dan petunjuk bagi penganutnya agar selamat dari kehidupan dunia dan akhirat.
2.   Definisi Tradisi

AKHLAK DAN BUDI PEKERTI DALAM MASYARAKAT



          Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab, berarti perangai, tingkah laku atau tabiat. Secara terminologi akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Kata akhlak apabila diartikan sebagai tingkah laku, maka tingkah laku itu harus dilakukan secara berulang–ulang, tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu–waktu saja. Orang dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran. Kata budi pekerti dalam kamus Bahasa Indonesia ialah tingkah laku, perangai, dan akhlak. Budi pekerti mengandung makna perilaku yang baik, bijaksana dan manusiawi yang mencerminkan sifat, watak seseorang. Budi pekerti mengandung pengertian positif. Namun, penggunaan atau pelaksanaannya dapat negatif dan tergantung pada manusianya. Apabila dihubungkan dengan akhlak yang berarti perangai adalah sama, yaitu mengandung pengertian tingkah laku manusia.

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU, SOSIAL DAN BUDAYA
1.   Manusia Sebagai Makhluk Individu
          Individu adalah suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Individu-individu dalam arti luas adalah seorang manusia yang memiliki kepribadian serta pola perilaku yang spesifik dan berperan dalam lingkungan sosialnya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa “Manusia merupakan makhluk individual tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, melainkan juga merupakan pribadi yang khas, menurut corak kepribadiannya dan termasuk kecakapannya sendiri”.  Kehadiran individu dalam masyarakat ditandai oleh perilaku individu menjadi pribadi memerluan lingkungan yang dapat membentuk pribadinya. Manusia dapat berkembang karena mempunyai potensi diri untuk berkembang, melalui interaksi sosial dalam membetuk kepribadiannya.  Manusia telah memiliki sifat individu manakala pola tingkah lakunya bersifat spesifik dalam diri dan tidak mengikuti pola tingkah laku umum.


ABSTRAK



Pergaulan bebas dalam kalangan remaja seperti mahasiswa, semakin meresahkan. Budaya-budaya barat yang tidak sesuai dengan budaya timur dan cenderung bernilai negatif diserap oleh kalangan remaja tanpa memilahnya terlebih dahulu. Nilai keagamaan dan budaya ketimuran perlahan-lahan mulai sirna. Bagi mereka, terlihat lebih ‘keren’ jika bertingkah laku dengan pola kebarat-baratan. Ini membuat masyarakat khawatir dengan masa depan bangsa jika remaja dan mahasiswa yang nanti sebagai penggerak bangsa telah terkikis moralnya. Ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas. Pertama, kegagalan pendidikan agama. Kedua, pergeseran nilai yang terjadi di masyarakat dimana masyarakat diharapkan menjadi media kontrol, namun fungsinya tidak berjalan dengan baik. Ketiga, minimnya keteladanan yang layak dijadikan panutan. Keempat, kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua. Remaja merupakan sosok dewasa yang baru matang secara fisik tetapi secara psikologis, mental dan perilakunya masih labil dan mudah dipengaruhi.

Kata kunci: budaya barat, media kontrol, pergaulan bebas


Powered By Blogger